Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.
(alu tersandung patah tiga, semut terinjak tidak mati)
Untuk menggali makna pepatah tersebut maka perlu digali unsur penyusun kalimatnya terutama berkaitan dengan objek dan kata kerja yang digunakan. Tetaruang = tersandung, ini merupakan kata kerja yang sifatnya ketidak sengajaan, begitu juga dengan kata terinjak. Objek yang digunakan adalah alu dan semut, dimana keduanya memiliki sifat yang berbeda terutama pada segi ukuran dan karakteristik.
Alu bendanya lebih besar daripada semut, sifatnya kuat, keras dan kaku. Semut bendanya kecil, lebih elastis daripada alu.
Pepatah minang diatas bersifat “kemungkinan” dalam artian; mungkin saja alu akan patah tiga jika tersandung, dan sangat memungkinkan semut akan baik-baik saja jika terinjak seseorang.
Nilai yang terkandung dalam pepatah ini sangat luas menyangkut kebijakan, kehati-hatian, mawas diri dan lain-lain. Memang secara umum pepatah kearifan lokal Indonesia seulit dimaknai secara sempurna (baku), banyak kiasan bermakna ganda. Namun demikian setiap kiasan harus dilihat dari sisi positifnya, sebab itulah nilai dan pesan yang hendak disampaikan.
Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.
Dapat diartikan: dalam membuat kebijakan, seorang pemimpin harus memahami orang-orang yang dipinpinnya terutama menyangkut sifat karakteristik masyarakat. Di dalam masyarakat terkadang ada orang seperti alu (keras dan kaku), ada juga seperti semut (keil tapi sangat fleksibel).
Arti lain, terkadang menjadi orang besar membuat kita rapuh dan mudah tersinggung karena sifat keras dan kaku. Orang kecil terkadang lebih kuat dan survive karena kelenturan dan ketabahan mereka. Ini artinya hindari kesombongan yang dapat membuat kita rapuh, rendah hati dan lentur dalam menghadapi permasalahan terkadang lebih menyelamatkan banyak hal.
Dalam menghadapi kecerobohan orang lain jangan seperti alu tapi jadilah seperti semut. Itulah makna singkat yang disampaikan pepatah minangkabau sebagai salah satu kearifan lokal yang jarang digunakan karena sulit dalam memaknainya. Semoga bermanfaat terutama bagi generasi muda Minangkabau calon pemimpin bangsa ini.
Labels: minangkabau, pendidikan
ditulis pada 2014-08-05 oleh
Beri komentar Catatan BaNak: Kearifan lokak Minangkabau: Pepatah tentang kehati-hatian